Gut Microbiota, Dysbiosis dan Konstipasi
(ESR edisi Gut Microbiota)
Konstipasi atau sembelit diartikan sebagai frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dibandingkan normal. Pada individu normal, dalam satu minggu, buang air besar setidaknya lebih dari 3x, bahkan ada yang melakukannya rutin setiap pagi hari. Namun jika frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali seminggu, maka seseorang disebut mengalami konstipasi. Akibatnya ninja menjadi kering dan keras dan lebih sulit dikeluarkan. Konstipasi disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya, pola makan yang kurang teratur, kurang serat, jarang berolah raga, stress, depresi, kesibukan yang luar biasa, dll. Konstipasi yang tidak ditangani dengan baik, dapat memicu terjadinya kanker kolon.
Apakah ada hubungan antara konstipasi dan gut microbiota? Jawabannya adalah IYA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di PSPG UGM, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata komposisi gut microbiota orang Indonesia sehat dan wanita konstipasi. Komposisi yang jauh dari normal pada penderita konstipasi inilah yang disebut sebagai dysbiosis. Namun demikian, saat ini masih sulit ditentukan jenis bakteri yang dapat digunakan sebagai penanda pada penderita konstipasi. Masih diperlukan banyak penelitian untuk memilih bakteri penanda dengan harapan kedepan dapat digunakan sebagai probiotik untuk mengatasi dysbiosis. Modulasi gut microbiota diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi konstipasi.
Salam sehat selalu.