Oleh: Aulia Pasha Adiyani
Pada Juli 2019, Univesitas Gadjah Mada meluncurkan program Health Promoting University (HPU) dalam acara pembukaan Lustrum XIV. Program ini diluncurkan dengan harapan akan berkembangnya perilaku hidup sehat dan menjadikan kampus sebagai lingkungan yang sehat. Mahasiswa sebagai salah satu faktor terciptanya lingkungan kampus yang sehat tentu perlu memperhatikan pola hidupnya sehari-hari. Namun, tak dapat dipungkiri mayoritas mahasiswa seperti acuh karena kegiatannya yang banyak menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Oleh karena itu, banyak mahasiswa yang tidak memperhatikan pola hidupnya terutama pola makan, waktu istirahat, dan kesehatannya. Terlebih lagi, tidak sedikit mahasiswa yang tidak tinggal di rumah/indekos. Hal itu juga dapat mempengaruhi pola makan dari mahasiswa karena banyak yang tidak memiliki waktu untuk memasak dan cenderung membeli makanan. Padahal, makanan yang dibeli belum tentu bergizi dan aman dikonsumsi. Seperti yang kita ketahui juga, saat ini pandemi Covid-19 sedang membuat khawatir dunia. Diperlukan pola hidup sehat termasuk pola makan dengan asupan gizi yang baik untuk menjaga kesehatan.
Untuk mengetahui bagaimana pola makan dan kesehatan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada yang indekos di Yogyakarta, maka telah dilakukan survei untuk mendapatkan data yang dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan sebenarnya yang terjadi.
Survei dilakukan dengan pengisian kuisisoner berupa food and health record yang diisi setiap hari selama 10 hari oleh 60 responden. Hasil mengatakan bahwa 63,33% dari mereka memiliki frekuensi makan hanya 2 kali/hari. Selain itu, mahasiswa memiliki asupan gizi yang masih belum mencukupi dari kebutuhan yang telah dianjurkan dan tiap responden memiliki beberapa keluhan kesehatan. Namun, dari hasil analisis statistik yang dilakukan, tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kesehatan. Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kesehatan dapat terjadi karena kesehatan tidak dipengaruhi dari satu faktor saja.