Selasa (07/06), telah berlangsung acara Seminar Sains Internasional dan Pameran Produk Probiotik: Riset dan Potensi Pengembangan Produk Probiotik untuk Kesehatan serta Tinjauan Regulasi di Berbagai Negara. Acara tersebut merupakan acara yang diselenggarakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang penelitian – penelitian berkaitan dengan probiotik serta regulasi yang berlaku di berbagai negara sebagai dasar dalam menentukan pembuatan aturan dan guideline baru terkait probiotik di Indonesia. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala BPOM RI, Dr. Penny K. Lukito serta Deputi II BPOM RI, Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si. Narasumber yang hadir dalam seminar ini merupakan representatif dari Asia, Eropa, Amerika, Australia dalam bidang Probiotik, diantaranya:
- Haruhisa Hirata Ph.D, Akademisi dan Praktisi Probiotik dari Jepang.
- Prof. Seppo Salminem, President of International Scientific Association for Probiotics and Prebiotics, dari Finlandia
- Prof. Jan – Peter Van Pijkeren, University of Wisconsin – Madison, United States of America
- Patricia Conway, B.Sc, M.Sc, Ph.D, Adjunct Professor of gastrointestinal Metagenomics and Metabolomics, Functional Foods and Feeds, Probiotics and Prebiotics, dari Australia
- Prof. Ingrid Suryanti Suryono, M.Sc, Ph.D, President of Indonesian Scientific Society for Probiotics and Prebiotics/ BINUS University.
- Dr. E. Siong Tee, President of Nutrition Society of Malaysia.
Seminar berlangsung secara hybrid yakni gabungan offline di Gedung Bhineka Tunggal Ika dan online melalui Zoom Video Conference. Acara dibuka dengan sambutan oleh Dr. Penny K. Lukito sebagai Badan POM RI. Beliau menuturkan bahwa seminar dilaksanakan dengan mengundang narasumber, panelis dengan berbagai latar belakang untuk memunculkan adanya perspektif baru dalam pengembangan produk berbasis dan/atau mengandung probiotik. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi narasumber. Regulasi dari berbagai negara merupakan tema yang diangkat dalam seminar tersebut. Selain presentasi dari narasumber, seminar juga dihadiri oleh panelis dari kalangan industri, akademisi, dan instansi pemerintah, yang bertugas dalam memberi pertanyaan/tanggapan/komentar. Salah satu panelis yang diundang yaitu Kepala Pusat Unggulan IPTEKS – Perguruan Tinggi Riset dan Aplikasi Probiotik Terpadu untuk Industri (PUI-PT Probiotik), Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS.
Sebagai salah satu perwakilan dari akademisi, beliau bertugas untuk memberikan tanggapan terhadap narasumber Prof. Seppo Salminen, yang menjelaskan mengenai regulasi probiotik di Eropa dan Dr. E. Siong Tee, yang menjelaskan mengenai regulasi probiotik di Kawasan Asia Tenggara. Secara umum, regulasi di kawasan Eropa diatur oleh European Commission, dimana probiotik diatur dengan regulasi yang sangat ketat. Bahkan untuk klaim kesehatan, European Food Safety Association (EFSA) hanya memperbolehkan klaim probiotik kaitannya dengan kesehatan saluran pencernaan (usus). Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, terdapat beberapa negara dengan perbedaan regulasi dalam mengatur probiotik. Masing-masing negara memilih pendekatan yang berbeda dalam mengatur probiotik di negaranya. Adanya perbedaan tersebut menjadi concern dari Dr. E. Siong Tee, untuk mencetuskan suatu regulasi yang seragam dalam hal probiotik di kawasan Asia Tenggara. Diperlukan adanya harmonisasi antar negara di kawasan Asia Tenggara untuk mewujudkan hal tersebut.
Sebagai salah satu panelis, Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS. mendukung adanya harmonisasi regulasi tentang probiotik di kawasan Asia Tenggara. Penelitian yang telah dilakukan beliau dan tim menunjukkan adanya kesamaan gut microbiota di kawasan Asia Tenggara yaitu jenis Prevotella enterotype. Adanya kesamaan tersebut dipicu oleh kesamaan pola konsumsi di Kawasan Asia Tenggara, dengan didominasi oleh komponen karbohidrat dalam pola makan sehari-hari. Hal tersebut dapat mendukung adanya program harmonisasi regulasi yang mengatur tentang probiotik di kawasan Asia Tenggara. Lebih jauh lagi, adanya wacana tersebut dapat memberikan dampak positif yakni kemudahan pasar probiotik di Kawasan Asia Tenggara. Selain itu, terdapat tanggapan salah satu panelis dari kalangan industri, Bapak Recta Geson, S.Si dari PT Agro Mitra Alimentare. Beliau menjelaskan bahwa kita sebagai manusia telah mendapatkan asupan probiotik secara alami sejak lahir, diantaranya dari ibu ketika menyusui, mikroba yang terdapat di udara, dan pada sayuran, buah-buahan segar dimana probiotik diperoleh dari tanah. Hal tersebut perlu didukung dengan lingkungan baik. Kehidupan lingkungan di kota yang tidak mendukung dapat menghambat adanya pertumbuhan probiotik alami pada tubuh. Hal tersebut menjadi awal tercetusnya ide dalam mengembangkan suatu produk kaitannya dengan probiotik dalam tubuh. Inovasi yang dilakukan yakni dengan menambahkan probiotik dengan cara spray dan dioleskan pada hidung. Ide tersebut masih dalam tahap pengembangan dalam menentukan strain probiotik yang akan dikembangkan apakah lebih baik menggunakan single strain atau multiple strain.
Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS. sebagai salah satu expertise dalam bidang probiotik menuturkan bahwa baik single strain maupun multiple strain harus dibuktikan terlebih dahulu mengenai pengaruhnya terhadap tubuh melalui publikasi yang telah resmi. Belum tentu multiple strain memiliki kekuatan/efektifitas yang lebih baik, karena kombinasi strain harus menunjukan adanya sinergi yang baik pada pengaruhnya untuk kesehatan tubuh. Kombinasi strain juga tidak dapat mengetahui strain mana yang sebenarnya memiliki power lebih baik dalam memberikan pengaruh positif pada tubuh terutama kesehatan usus. Oleh karena itu, diperlukan studi atau pembuktian yang telah terpublikasi melalui jurnal dalam menentukan bagaimana strain akan diaplikasikan dalam produk.