Sebagai pendahuluan untuk menjelaskan hubungan antara probiotik dan sindrom metabolik, kita ulas terlebih dahulu asal muasal probiotik dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh, sebagai bentuk apresiasi terhadap tiga PENELITI terkemuka di bidang ini.
Penyakit kardiovaskular diperkirakan menjadi penyebab utama kematian dalam 20 tahun mendatang. Penyakit ini akan menjadi beban yang cukup besar, termasuk beban kesehatan dan perekonomian. Berbagai penelitian telah dilakukan, terkait dengan pencegahan maupun terapi terkait penyakit ini.
Probiotik yang diartikan sebagai konsumsi mikroorganisme hidup, dalam jumlah memadai serta membawa manfaat, juga diteliti manfaatnya untuk mengatasi penyakit ini. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa para penderita kardiovascular terkait dengan dysbiosis gut microbiota.
Telah diketahui bahwa pola makan dan gaya hidup sangat mempengaruhi kesehatan tubuh, diantaranya yang menjadi topik kali ini adalah metabolic disorder. Sedikitnya lima jenis penyakit yang mucul akibat metabolic disorder, yaitu: hipertensi, hiperkolesterolemia, trigliserida tinggi, diabetes, dan obesitas, yang semuanya dapat mengarah pada penyakit kardiovaskular.
Diketahui pula bahwa pada pasien yang menderita metabolic disorder juga terjadi dysbiosis gut microbiota, yaitu terjadi perubahan komunitas mikroorganisme yang hidup di usus. Pertanyaannya adalah, apakah probiotik dapat digunakan untuk membantu mengatasi metabolic disorder?
Pada hari Sabtu, 29 Januari 2022 Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM dan PUI-PT Probiotik berpartisipasi dalam Webinar Kedokteran Keluarga dengan topik “Gut-Brain Axis, Hubungan Kesehatan Mental dengan Probiotik”. Pada webinar ini, Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, M.S., selaku Kepala PSPG dan PUI-PT Probiotik berkesempatan menjadi narasumber bersama Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ (Dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUP Dr. Sardjito) dan dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC, Sp.KKLP, Ph.D. (Dosen Bidang Ilmu Kedokteran Keluarga dan Masyarakat FKKMK-UGM).
REGISTER NOW
The 6th International Conference of Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria and Gut Microbiota (6th IC-ISLAB-GM)
This time there will be 5 speakers who are experts in their fields.
The program will be held on :
August 13, 2021
via Zoom
Take note of the schedule and register yourself on
bit.ly/ISLABGM
Important Date :
Deadline for submitting abstract
August 7, 2021
For more information, please check the website
CP : (+62) 8571 932 6014 (April)
The 6th International Conference of Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria and Gut Microbiota (6th IC-ISLAB-GM)
There will be 5 speakers who are experts in their fields.
The program will be held on :
August 13, 2021
via Zoom
Take note of the schedule and register yourself on
bit.ly/ISLABGM
Important Date :
Deadline for submitting abstract
August 7, 2021
CP : (+62) 8571 932 6014 (April)
For more information, please check the website
Kasus obesitas dan diabetes type 2 di Indonesia meningkat setiap tahunnya, hal ini terutama disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup yang berubah, khususnya di kota-kota besar. Apakah pola makan dan gaya hidup ini juga berpengaruh pada komposisi gut microbiota? Apakah gut microbiota juga mengalami pergeseran, sehingga terjadi dysbiosis pada individu yang mengalami obesitas serta diabetes type 2? Responden pada penelitian ini adalah dari Yogyakarta, dengan kategori sehat dan berat tubuh normal, individu dengan diabetes type 2, serta obesitas. Dari analisa mikrobiota yang ada di feses, seperti disajikan pada GAMBAR, diperoleh hasil adanya 3 jenis komunitas bakteri yang menonjol yaitu genus Bacteroides, Prevotella dan Romboutsia. Prevotella didominasi oleh kelompok sehat, Bacteroides oleh kelompok yang mengalami diebetes tipe 2, hal ini juga didukung oleh pola konsumsi karbohidrat nabati. Namun, Bacteroides fragilis yang tinggi pada pasien diabetes type 2, ternyata tidak ditemukan pada pasien yang mengonsumsi metformin. Sedang Romboutsia terdapat pada kelompok obesitas, yang memiliki pola konsumsi tinggi lemak hewani. Hal ini membuktikan bahwa memang terjadi dysbiosis pada individu dibetes type 2 dan obesitas (Microorganisms 2021, 9, 897)
Apakah konsumsi probiotik dapat membantu mengatasi terjadinya dysbiosis ini? Penelitian sedang dilakukan terkait konsumsi ProbioGama (Probiotik milik UGM) oleh penderita diabetes. Laporan menyusul.
Salam sehat selalu
Oleh: Endang S. Rahayu
Superorganism diartikan sebagai keberadaan sel manusia bersama gut microbiota-nya, yang berinteraksi satu sama lain, bersimbiosis saling menguntungkan, yang pada kondisi normobiosis ditunjukkan dengan tubuh yang sehat. Telah banyak dibuktikan bahwa gut microbiota dalam kondisi tidak seimbang (dysbiosis) berdampak pada penyakit intestinal maupun non-intestinal. Bahkan, melalui penelitian terakhir diketahui bahwa menurunnya populasi Faecalibacterium prausnitzii secara signifikan ternyata terkait dengan penyakit gangguan usus (CD/Chron’s disease, IBD/inflammatory bowel syndrome, CRC/colorectal cancer). Sedangkan, menurunnya populasi Akkermansia muciniphila terkait dengan penyakit gangguan metabolisme, di antaranya obesitas dan diabetes. Kedua bakteri ini memiliki POTENSI untuk digunakan sebagai probiotik atau dikenal sebagai NEXT GENERATION PROBIOTICS untuk mengatasi penyakit-penyakit terkait dengan tujuan utama untuk mengembalikan gut microbiota dalam kondisi yang seimbang (normobiosis). Efikasi dan efektivitas modulasi keseimbangan gut microbiota perlu dilakukan, tidak hanya dengan probiotik konvensional (Lactobacillus, Bifidobacterium) namun termasuk yang novel atau next generation probiotics, bahkan dengan fecal microbiota transplant (FMT).
#nextgenerationprobiotics
PERMISI MAU LEWAT!!!
Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada sedang melakukan perekrutan calon panelis untuk menjadi panelis terlatih.
Syarat :
1.Mahasiswa TPHP UGM angkatan 2019 dan 2020
2.Dapat mengonsumsi susu dan produk turunannya
3.Domisili Jogja/dapat datang ke Jogja saat seleksi dan pelatihan
4.Dapat hadir dalam rangkaian seleksi dan kegiatan lainnya
5.Dalam kondisi sehat
Benefit :
1.Pelatihan uji sensoris gratis
2.Portofolio sebagai panelis terlatih
3.Sertifikat
Timeline
Periode pendaftaran : 09 – 14 Juni 2021
Seleksi panelis : 05 – 09 Juli 2021
Pelatihan panelis : diumumkan lebih lanjut
Oleh: Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S.
Probiotik merupakan mikroorganisme, yang dikonsumsi dalam kondisi hidup dengan jumlah cukup, serta mampu berkembang biak dalam saluran pencernaan dan membawa manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO, 2001, 2002). Probiotik sering dikaitkan dengan produk fermentasi yang masih mengandung bakteri hidup, sebagai contoh yoghurt, keju, fermentasi sayuran (kimchi, Korea) atau fermentasi biji-bijian (natto, Jepang). Masih banyak yang menganggap bahwa produk fermentasi yang saat dikonsumsi mengandung mikroorganisme hidup memiliki kriteria sebagai makanan probiotik. Padahal belum tentu mikroorganisme yang ada pada makanan fermentasi tersebut mampu berkembang biak di saluran pencernaan dan membawa manfaat kesehatan. Sehingga dalam konsensus ISAAP (2014), pengertian probiotik lebih diperjelas, yaitu mikroorganisme yang dikonsumsi dalam kondisi hidup, telah terkarakterisasi dengan jelas dan terbukti membawa manfaat bagi kesehatan tubuh. Konsensus ISAAP berikutnya tentang makanan fermentasi (2021) jelas dibedakan antara makanan fermentasi dan makanan fermentasi probiotik. Makanan fermentasi memiliki kriteria sebagai makanan probiotik, apabila didalamnya terdapat mikroorganisme yang telah terbukti sebagai strain probiotik dengan karakteristik yang jelas dan tetap hidup dengan jumlah yang dapat memberikan manfaat kesehatan sampai dengan masa kadaluwarsa. Dari definisi ini jelas bahwa walaupun makanan fermentasi mengandung mikroorganisme hidup namun kalau tidak memiliki mikroorganisme dengan karakteristik sebagai probiotik, maka makanan fermentasi tersebut belum memenuhi kriteria sebagai pangan probiotik. Berikut adalah ilustrasinya.