Oleh: Aulia Pasha Adiyani
Pada Juli 2019, Univesitas Gadjah Mada meluncurkan program Health Promoting University (HPU) dalam acara pembukaan Lustrum XIV. Program ini diluncurkan dengan harapan akan berkembangnya perilaku hidup sehat dan menjadikan kampus sebagai lingkungan yang sehat. Mahasiswa sebagai salah satu faktor terciptanya lingkungan kampus yang sehat tentu perlu memperhatikan pola hidupnya sehari-hari. Namun, tak dapat dipungkiri mayoritas mahasiswa seperti acuh karena kegiatannya yang banyak menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Oleh karena itu, banyak mahasiswa yang tidak memperhatikan pola hidupnya terutama pola makan, waktu istirahat, dan kesehatannya. Terlebih lagi, tidak sedikit mahasiswa yang tidak tinggal di rumah/indekos. Hal itu juga dapat mempengaruhi pola makan dari mahasiswa karena banyak yang tidak memiliki waktu untuk memasak dan cenderung membeli makanan. Padahal, makanan yang dibeli belum tentu bergizi dan aman dikonsumsi. Seperti yang kita ketahui juga, saat ini pandemi Covid-19 sedang membuat khawatir dunia. Diperlukan pola hidup sehat termasuk pola makan dengan asupan gizi yang baik untuk menjaga kesehatan.
Article
Oleh: Aprilia Nur Khasanah
Saat ini Universitas Gadjah Mada sedang meluncurkan Health Promoting University yang bertujuan menjadikan lingkungan kampus sehat bagi seluruh sivitas akademik. Lingkungan yang sehat tidak hanya keadaan yang bebas dari penyakit tetapi meluputi kesehatan fisik, mental, dan sosial. Tercapainya Health Promoting University sendiri tidak lepas dari peran berbagai pihak kampus salah satunya mahasiswa.
Mahasiswa memiliki kegiatan yang padat sehingga berpotensi untuk kurang memperhatikan kesehatan, padahal pada masa pandemi covid-19 menjaga imun sangat penting. Untuk mengetahui kondisi kesehatan mahasiswa maka dilakukan survei konsumsi probiotik dan kualitas feses pada mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Gut microbiota pada orang normal dan penderita diabetes adalah berbeda. Ternyata hal ini juga terkait dengan konsumsi karbohidrat yang lebih banyak pada penderita diabetes. Hal ini tertuang pada paper kami yang baru saja terbit, dengan responden para penderita diabetes di Yogyakarta.
Pada pasien diabetes tipe 2, terjadi gangguan keseimbangan gut microbiota atau disebut sebagai DYSBIOSIS yang ditunjukkan oleh tingginya populasi Bacteroides diikuti oleh Romunicoccus. Hal ini juga didukung oleh review Gurung dkk (2020), bahwa Rominococcus berkolerasi positif dengan patogen.
Model mekanisme adalah terjadi gangguan metabolisme bile acid yang berakibat pada gangguan homeostatis glukosa. UDCA (ursodeoxycholic acid) yang menunjukkan aspek antidiabetes juga menurun dengan meningkatnya Ruminococcacceae. Konsumsi metformin, dapat meningkatkan konsentrasi total bile acid dengan menghambat ASBT (Apical sodium bile salt transporter) dan menghambat pertumbuhan Bacteroides fragilis, yang memberikan dampak positif dengan meningkatnya homeostatis glukosa.
Bagaimana peran probiotik bagi penderita diabetes tipe 2? Diperkirakan probiotik mampu menjaga keseimbangan gut microbiota – Tunggu paper selanjutnya.
Oleh : Endang S. Rahayu
Studi komprehensif tentang efek gizi terhadap kesehatan tubuh manusia pada level molekuler membutuhkan pemahaman interaksi tiga genome, yaitu genome bahan pangan, genome tubuh manusia dan genome gut microbiota.
Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari respon gen tubuh terhadap makanan yang kita konsumsi. Bagaimana zat gizi mempengaruhi ekspresi genome tubuh manusia. Adapun zat gizi kita berasal dari tanaman, hewan bahkan mikroorganisme (tentu saja bukan yang dikonsumsi hidup/probiotik). Masing-masing sumber zat gizi inipun juga memiliki genome-genome. Nutrigenomik membahas genome serta produknya (transkriptom dan metabolom) yang berasal dari genome-genome sumber pangan dan kaitannya dengan genome tubuh manusia. Genome bahan pangan ini diteliti untuk mempelajari makro dan mikronutrien serta bioaktif spesifik yang mempengaruhi ekspresi gen manusia, agar tubuh tetap sehat. Ilmu gizi modern – mengeksplorasi aspek yang berhubungan dengan kesehatan dari komponen bioaktif makanan untuk tujuan kesehatan tubuh atau mencegah (menunda) munculnya penyakit, mengoptimalkan performance individu, ataupun sub-populasi. Termasuk nutrisi untuk personal, menyesuaikan kebutuhan individu.
The 6th International Conference of Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria and Gut Microbiota (6th IC-ISLAB-GM)
There will be 5 speakers who are experts in their fields.
The program will be held on :
August 13, 2021
via Zoom
Take note of the schedule and register yourself on
bit.ly/ISLABGM
Important Date :
Deadline for submitting abstract
August 7, 2021
CP : (+62) 8571 932 6014 (April)
For more information, please check the website
Kasus obesitas dan diabetes type 2 di Indonesia meningkat setiap tahunnya, hal ini terutama disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup yang berubah, khususnya di kota-kota besar. Apakah pola makan dan gaya hidup ini juga berpengaruh pada komposisi gut microbiota? Apakah gut microbiota juga mengalami pergeseran, sehingga terjadi dysbiosis pada individu yang mengalami obesitas serta diabetes type 2? Responden pada penelitian ini adalah dari Yogyakarta, dengan kategori sehat dan berat tubuh normal, individu dengan diabetes type 2, serta obesitas. Dari analisa mikrobiota yang ada di feses, seperti disajikan pada GAMBAR, diperoleh hasil adanya 3 jenis komunitas bakteri yang menonjol yaitu genus Bacteroides, Prevotella dan Romboutsia. Prevotella didominasi oleh kelompok sehat, Bacteroides oleh kelompok yang mengalami diebetes tipe 2, hal ini juga didukung oleh pola konsumsi karbohidrat nabati. Namun, Bacteroides fragilis yang tinggi pada pasien diabetes type 2, ternyata tidak ditemukan pada pasien yang mengonsumsi metformin. Sedang Romboutsia terdapat pada kelompok obesitas, yang memiliki pola konsumsi tinggi lemak hewani. Hal ini membuktikan bahwa memang terjadi dysbiosis pada individu dibetes type 2 dan obesitas (Microorganisms 2021, 9, 897)
Apakah konsumsi probiotik dapat membantu mengatasi terjadinya dysbiosis ini? Penelitian sedang dilakukan terkait konsumsi ProbioGama (Probiotik milik UGM) oleh penderita diabetes. Laporan menyusul.
Salam sehat selalu
Oleh: Endang S. Rahayu
Superorganism diartikan sebagai keberadaan sel manusia bersama gut microbiota-nya, yang berinteraksi satu sama lain, bersimbiosis saling menguntungkan, yang pada kondisi normobiosis ditunjukkan dengan tubuh yang sehat. Telah banyak dibuktikan bahwa gut microbiota dalam kondisi tidak seimbang (dysbiosis) berdampak pada penyakit intestinal maupun non-intestinal. Bahkan, melalui penelitian terakhir diketahui bahwa menurunnya populasi Faecalibacterium prausnitzii secara signifikan ternyata terkait dengan penyakit gangguan usus (CD/Chron’s disease, IBD/inflammatory bowel syndrome, CRC/colorectal cancer). Sedangkan, menurunnya populasi Akkermansia muciniphila terkait dengan penyakit gangguan metabolisme, di antaranya obesitas dan diabetes. Kedua bakteri ini memiliki POTENSI untuk digunakan sebagai probiotik atau dikenal sebagai NEXT GENERATION PROBIOTICS untuk mengatasi penyakit-penyakit terkait dengan tujuan utama untuk mengembalikan gut microbiota dalam kondisi yang seimbang (normobiosis). Efikasi dan efektivitas modulasi keseimbangan gut microbiota perlu dilakukan, tidak hanya dengan probiotik konvensional (Lactobacillus, Bifidobacterium) namun termasuk yang novel atau next generation probiotics, bahkan dengan fecal microbiota transplant (FMT).
#nextgenerationprobiotics
PERMISI MAU LEWAT!!!
Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada sedang melakukan perekrutan calon panelis untuk menjadi panelis terlatih.
Syarat :
1.Mahasiswa TPHP UGM angkatan 2019 dan 2020
2.Dapat mengonsumsi susu dan produk turunannya
3.Domisili Jogja/dapat datang ke Jogja saat seleksi dan pelatihan
4.Dapat hadir dalam rangkaian seleksi dan kegiatan lainnya
5.Dalam kondisi sehat
Benefit :
1.Pelatihan uji sensoris gratis
2.Portofolio sebagai panelis terlatih
3.Sertifikat
Timeline
Periode pendaftaran : 09 – 14 Juni 2021
Seleksi panelis : 05 – 09 Juli 2021
Pelatihan panelis : diumumkan lebih lanjut
Oleh: Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S.
Probiotik merupakan mikroorganisme, yang dikonsumsi dalam kondisi hidup dengan jumlah cukup, serta mampu berkembang biak dalam saluran pencernaan dan membawa manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO, 2001, 2002). Probiotik sering dikaitkan dengan produk fermentasi yang masih mengandung bakteri hidup, sebagai contoh yoghurt, keju, fermentasi sayuran (kimchi, Korea) atau fermentasi biji-bijian (natto, Jepang). Masih banyak yang menganggap bahwa produk fermentasi yang saat dikonsumsi mengandung mikroorganisme hidup memiliki kriteria sebagai makanan probiotik. Padahal belum tentu mikroorganisme yang ada pada makanan fermentasi tersebut mampu berkembang biak di saluran pencernaan dan membawa manfaat kesehatan. Sehingga dalam konsensus ISAAP (2014), pengertian probiotik lebih diperjelas, yaitu mikroorganisme yang dikonsumsi dalam kondisi hidup, telah terkarakterisasi dengan jelas dan terbukti membawa manfaat bagi kesehatan tubuh. Konsensus ISAAP berikutnya tentang makanan fermentasi (2021) jelas dibedakan antara makanan fermentasi dan makanan fermentasi probiotik. Makanan fermentasi memiliki kriteria sebagai makanan probiotik, apabila didalamnya terdapat mikroorganisme yang telah terbukti sebagai strain probiotik dengan karakteristik yang jelas dan tetap hidup dengan jumlah yang dapat memberikan manfaat kesehatan sampai dengan masa kadaluwarsa. Dari definisi ini jelas bahwa walaupun makanan fermentasi mengandung mikroorganisme hidup namun kalau tidak memiliki mikroorganisme dengan karakteristik sebagai probiotik, maka makanan fermentasi tersebut belum memenuhi kriteria sebagai pangan probiotik. Berikut adalah ilustrasinya.