Sepanjang tahun 2021 yang lalu, tren mengenai “skinimalism” semakin marak di masyarakat, khususnya para wanita. Apa sih skinimalism? Menurut laporan tren oleh Pinterest, skinimalism yaitu meminimalkan perawatan kulit dengan mengurangi penggunaan make up. Konsep ini skinimalism adalah “less is more” seperti buying less, using less, dan wearing less. Namun, fenomena skinimalism tetap bertujuan untuk merawat diri dan memancarkan kilau alami dari kulit tanpa make up. Disisi lain, adanya tren ini memungkinkan untuk mengurangi kerusakan ekosistem akibat berbagai toksin yang berasal dari obat-obatan, produk skincare, dan sejenisnya. Lantas apa hubungan skinimalism dengan probiotik?
2022
Akhir-akhir ini, gut microbiota seringkali dikaitkan dengan metabolic disorder yang berdampak pada beberapa penyakit, seperti obesitas dan kardiovaskular. Untuk membuktikan bahwa memang terdapat perubahan gut microbiota pada kelompok tersebut, maka dilakukan analisis gut microbiota. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa populasi bakteria yang mengalami penurunan drastis. Sedangkan, beberapa kelompok lain mengalami kenaikan yang signifikan. Penurunan jumlah bakteri pada gut microbiota diperkirakan berhubungan dengan terjadinya dysbiosis dengan penyakit tertentu. Diduga bahwa gut microbiota memiliki peran yang sangat besar sebagai penyebab metabolic disorder yang berlanjut pada terganggunganya kesehatan tubuh. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan populasi bakteri yang terdesak akibat dysbiosis yaitu dengan membuat kondisi gut microbiota kembali ke normobiosis.
Pada hari Sabtu, 11 Desember 2021 PSPG UGM dan PUI-PT Probiotik berpartisipasi dalam Webinar Dokter Keluarga dengan tema Tatalaksana Diabetes dan Manfaat Probiotik. Prof. Endang S. Rahayu sebagai narasumber pada webinar ini menyampaikan materi berjudul Probiotik, Gut Microbiota, dan Diabetes.
Berikut penjelasan publikasi yang baru terbit mengenai mekanisme probiotik dapat membantu menjaga kesehatan penyandang diabetes.
Dari penelitian kami (Therdtatha, dkk., 2021) telah terbukti bahwa pada penyandang diabetes terjadi disbiosis, populasi Bacteroides fragilis meningkat yang selanjutnya ikut metabolisme bile acid terkonjugasi yang ada di usus, yang dapat mengganggu homeostasis glukosa.
Pada tanggal 29 Oktober 2021, PSPG UGM dan PUI-PT turut berpartisipasi dalam acara 1st ICIAT (International Conference on Innovative Agricultural Technology) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana bekerjasama dengan Indonesian Society of Agricultural Engineering (ISAE) Bali chapter. Pada kesempatan ini Kepala PSPG dan PUI-PT Probiotik UGM, Prof. Endang S. Rahayu menampilkan judul “From Cocoa Bean to Probiotic Chocolate Bar“, berdasarkan penelitian panjang. Mulai dari survey mikotoksin pada biji kakao kering, skrining BAL yang memiliki antifungi, aplikasi BAL antifungi sebagai starter untuk fermentasi biji kakao di Lab dan di lapangan; yang ternyata memang dapat menekan pertumbuhan kontaminan jamur penghasil mikotoksin. Dilanjutkan dengan produksi chocolate probiotik (ChoBio) dari biji kakao berkualitas. Penelitian ini didanai oleh RISPRO LPDP, tahun 2019-2021.
Snack bar Probiobites merupakan suatu produk yang unik dari kebanyakan produk snack bar lainnya karena selain mempunyai tampilan yang menarik dengan bahan yang digunakan berasal dari bungkil cokelat, emping jagung, kacang tanah, dan tepung pisang. Bahan tersebut merupakan bahan-bahan lokal dan didapatkan dari petani lokal Gunungkidul sehingga selain enak juga dapat mengunggulkan potensi bahan pangan lokal. Snack bar Probiobites tidak menggunakan gula tebu, yang mampu memicu penyakit diabetes, melainkan menggunakan isomalt (sukrosa pengganti gula yang rendah kalori). Produk snack bar ini mengandung bakteri baik, berupa Lactobacillus plantarum dad-13, yang ditambahkan pada snack bar sehingga tambahan menjadi nilai tambah lainnya dan merupakan pembeda dari produk snack bar yang sudah diproduksi secara massal dan dikomersialkan.
PSPG UGM dan PUI-PT Probiotik tidak henti-hentinya melakukan pengembangan dan inovasi produk pangan. Bersama dengan Mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan dan Pertanian UGM, saat ini tengah dikembangkan cream cheese dengan nama produk Keisra. Kesira merupakan cream cheese asli Nusantara berbahan dasar lokal.
Adapun dalam proses pembuatannya, Kesira menggunakan susu berkualitas yang berasal dari pemerah susu lokal Yogyakarta. Produk ini menjadi dairy product pertama di Indonesia yang menggunakan kultur starter bakteri asam laktat lokal yaitu Lactobacillus plantarum Dad-13 dan Streptococcus thermophilus Dad-11. Kesira mengandung jumlah bakteri baik sesuai dengan syarat produk pangan probiotik menurut Rahayu dan Utami (2019), yaitu sebesar 10^8 CFU/ml atau bahkan lebih. Penggunaan kultur starter lokal ini menjadikan Kesira memiliki rasa yang unik dibanding produk-produk serupa lainnya. Adapun tekstur dari produk ini adalah spread dan viscous sehingga dapat leleh saat di mulut. Selain itu, Kesira juga cocok dikonsumsi sebagai pelengkap kudapan, isian, olesan roti, topping salad, dan MP-ASI.
Workshop “In Silico”
Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM beserta PUI-PT Probiotik akan menyelenggarakan Workshop “In Silico” bersama dengan Dr. Dian Anggraini Suroto, STP, MP, M.Eng. secara luring pada:
Part 1
🗓 Jumat, 11 Maret 2022
⏰ 08.00 – 12.00 WIB
📍 tempat menyusul
Part 2
🗓 Jumat, 18 Maret 2022
⏰ 13.30 – 16.00 WIB
📍 tempat menyusul
Biaya Pendaftaran : Rp400.000/pertemuan
Peserta diharapkan untuk SEGERA melakukan pendaftaran akun di link http://rast.nmpdr.org/ karena untuk mendapatkan akun membutuhkan waktu yang cukup lama (+/- 1 minggu).
Sebagai pendahuluan untuk menjelaskan hubungan antara probiotik dan sindrom metabolik, kita ulas terlebih dahulu asal muasal probiotik dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh, sebagai bentuk apresiasi terhadap tiga PENELITI terkemuka di bidang ini.
Penyakit kardiovaskular diperkirakan menjadi penyebab utama kematian dalam 20 tahun mendatang. Penyakit ini akan menjadi beban yang cukup besar, termasuk beban kesehatan dan perekonomian. Berbagai penelitian telah dilakukan, terkait dengan pencegahan maupun terapi terkait penyakit ini.
Probiotik yang diartikan sebagai konsumsi mikroorganisme hidup, dalam jumlah memadai serta membawa manfaat, juga diteliti manfaatnya untuk mengatasi penyakit ini. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa para penderita kardiovascular terkait dengan dysbiosis gut microbiota.
Telah diketahui bahwa pola makan dan gaya hidup sangat mempengaruhi kesehatan tubuh, diantaranya yang menjadi topik kali ini adalah metabolic disorder. Sedikitnya lima jenis penyakit yang mucul akibat metabolic disorder, yaitu: hipertensi, hiperkolesterolemia, trigliserida tinggi, diabetes, dan obesitas, yang semuanya dapat mengarah pada penyakit kardiovaskular.
Diketahui pula bahwa pada pasien yang menderita metabolic disorder juga terjadi dysbiosis gut microbiota, yaitu terjadi perubahan komunitas mikroorganisme yang hidup di usus. Pertanyaannya adalah, apakah probiotik dapat digunakan untuk membantu mengatasi metabolic disorder?